INTANANEWS.COM – Stunting bisa menjadi bencana jika semua pihak tidak memberikan perhatian terhadap upaya prevalensi stunting.
Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Minahasa, Dr Lynda Deisye Watania MM MSi, mengatakan hal itu saat memberikan materi soal konsep dan kebijakan percepatan penurunan stunting bagi Kader Pembangunan Manusia (KPM) se- Kabupaten Minahasa di Benteng Moraya Tondano, Senin (19/8/2024)
“Oleh sebab itu berbagai upaya dikerjakan oleh pemerintah dan berbagai kebijakan ditetapkan oleh pemerintah,” kata Watania.
![](https://intananews.com/wp-content/uploads/2024/08/20240819_135541-1.jpg)
Untuk menurunkan stunting, lanjut dia, semua sektor harus digerakan, contohnya ibu-ibu sekalian yang masuk di dalam keanggotaan tim percepatan penurunan stunting (TPPS) di desa.
“Karena pemerintah tidak bisa bekerja sendiri untuk menurunkan stunting di daerah, tetapi butuh semua sektor untuk bersama-sama menurunkan stunting,” ujarnya.
Sekda menuturkan, stunting merupakan penyakit bangsa Indonesia dan jika tidak ditangani dari sekarang akan berdampak di masa depan.
![](https://intananews.com/wp-content/uploads/2024/08/Screenshot_20240819_152843_Gallery.jpg)
Apalagi, kita diperhadapkan dengan situasi kondisi Indonesia yang wilayahnya sangat luas, pendukung Indonesia itu terbesar ke-4 di dunia.
“Nah, penduduk yang banyak ini bisa diubah menjadi potensi ketika kita dapat memberikan peningkatan-peningkatan sumberdaya manusia yang baik dari berbagai unsur seperti pendidikan, kesehatan dan lain sebagainya,” kata dia.
Sekda menuturkan, ketika Indonesia masuk di era bonus demografi pada tahun 2045, bangsa Indonesia akan memiliki jumlah penduduk usia potensial lebih banyak dibandingkan dengan jumlah penduduk usia anak-anak atau lansia.
“Jadi, anak-anak yang lahir saat ini diusia 0-2 tahun, mereka inilah yang nantinya berada pada kondisi memiliki bonus demografi,”ia menambahkan.(nes)