Terpisah oleh Waktu, Rindu yang Tak Pernah Pudar

INTANANEWS – Bagai cerita yang terlupakan oleh waktu, kehidupan sering menyimpan kisah yang tersembunyi dalam kedalaman perasaan.

Nathan, seorang pria yang kini telah berkeluarga, adalah salah satu dari banyak orang yang merasakan kenyataan itu. Sudah lebih dari 17 tahun sejak pertemuan terakhirnya dengan orang tuanya, dan meskipun jarak fisik antara mereka memisahkan, perasaan rindu yang mendalam tak pernah pudar.

Namun, ada sesuatu yang lebih dalam dari sekadar rindu. Setiap kali telepon berdering, atau notifikasi video call masuk, hati Nathan bergetar. Ada kerinduan yang tak terucapkan, namun dia tak pernah bisa mengangkatnya.

Ada alasan yang sulit dijelaskan. “Bukan karena saya tidak ingin berbicara, atau tidak merindukan mereka,” katanya.

Tapi, lanjut dia, saya tidak bisa melihat mereka di layar handphone atau mendengar suara mereka tanpa merasa ada yang hilang.” ujarnya.

Sejak perpisahannya dengan orang tua, Nathan berusaha menjaga jarak, bukan karena tidak menyayangi, tetapi karena perasaan itu terlalu kuat untuk dihadapi. Dia memilih tetap berhubungan dengan mereka melalui pesan singkat, atau kadang panggilan suara, namun kadang sekali melakukan video call.

Baginya, pertemuan lewat layar digital hanya menambah beban perasaan yang sudah cukup berat. “Melihat mereka lewat video call itu membuat saya merasa seolah-olah saya tidak pernah benar-benar bertemu mereka,” ungkapnya.

Ia tahu orang tuanya pasti merindukannya. Nathan bisa merasakan itu meskipun hanya lewat suara mereka yang terdengar sejenak melalui telepon.

Nathan menyadari bahwa dalam kehidupannya yang telah berkeluarga, ia harus belajar untuk menciptakan kenangan bersama orang-orang terdekat, termasuk keluarganya.

Ia mengatakan, sungguh, perasaan rindu itu tak semudah disampaikan. Setiap kali telepon berbunyi, ada rasa ingin mengangkatnya, berbicara dengan orang tuanya, namun selalu ada kekhawatiran.

Takut, jika apa yang mereka lihat hanya wajah yang terluka, dan kata-kata yang tersendat. Nathan ingin mereka tahu bahwa ia tak bermaksud menjauh.

Bukan karena ia tidak ingin, melainkan karena rasa takut akan rasa hampa yang bisa datang setelah pertemuan digital itu.

“Saya berharap orang tua saya bisa mengerti, bisa memahami mengapa saya tidak bisa selalu menelepon atau video call,” ucap Nathan.

Di balik setiap kata yang terlontar, ada sebuah cerita yang belum terungkap. Nathan hanya ingin satu hal,..pertemuan itu.

Dengan segala harapan yang terpendam, Nathan berharap suatu hari nanti, mereka akan kembali bertemu langsung.(***)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *