Recky Sendouw, Dekan yang Menginspirasi dengan Prinsip Melayani, Bukan Dilayani

(Foto:Dok/istimewa)

INTANANEWS – Di tengah hiruk-pikuk dunia akademik yang penuh tuntutan dan tekanan, ada sosok yang tetap teguh memegang prinsip hidup yang penuh kebijaksanaan.

Dia adalah Recky Sendouw, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum (FISH) di Universitas Negeri Manado (Unima) yang dikenal bukan hanya karena kecakapannya dalam dunia pendidikan, tetapi juga karena komitmennya yang kuat untuk melayani, bukan dilayani.

Recky Sendouw adalah figur yang tak bisa dipisahkan dari nilai-nilai keimanan yang mendalam.

Bagi Recky, tak ada yang lebih penting dalam hidup selain rasa takut akan Tuhan, yang bukan hanya berarti ketakutan, tetapi penghormatan yang mendalam atas segala anugerah yang diberikan-Nya.

“Hidup ini bukan hanya soal apa yang kita capai, tetapi bagaimana kita mempersembahkan hidup kita untuk melayani sesama dengan penuh kasih,” ujar Recky.

Sebagai Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum, Recky mengemban tanggung jawab besar. Namun, ia tidak memandang jabatannya sebagai sesuatu yang patut dibanggakan atau dilayani.

Sebaliknya, ia melihat peran ini sebagai kesempatan untuk berkontribusi lebih besar kepada masyarakat akademik dan dunia luar.

Menurutnya, seorang pemimpin adalah mereka yang mampu melayani dengan sepenuh hati.

Di balik kesibukannya sebagai akademisi dan pemimpin fakultas, Recky selalu menyempatkan diri untuk terlibat langsung dengan mahasiswanya.

Ia bukan hanya sekadar memberikan pengarahan atau kebijakan, tetapi juga berusaha hadir untuk mendengarkan dan memberikan bimbingan.

Recky menilai bahwa prinsip hidupnya untuk melayani bukan hanya sekadar dalam konteks profesinya.

Ia selalu berusaha memberi contoh tentang bagaimana seorang pemimpin harus mengedepankan kebersamaan, kerendahan hati, dan rasa empati terhadap orang lain.

“Seorang dekan, atau pemimpin apapun, seharusnya bukanlah sosok yang menuntut untuk dilayani. Sebaliknya, kita harus siap menjadi pelayan bagi setiap orang di sekitar kita,” kata Recky.

Hal ini pun tercermin dalam cara ia menjalani tugasnya sebagai dekan. Ia lebih suka berinteraksi langsung dengan staf, dosen, dan mahasiswa tanpa sekat formal yang menghalangi komunikasi.

Recky percaya bahwa hubungan yang baik antara pimpinan dan bawahannya akan menciptakan lingkungan akademik yang sehat dan produktif.

Bagi Recky, melayani bukan hanya tentang memenuhi kebutuhan praktis, tetapi juga mendukung secara emosional dan spiritual.

Dengan komitmennya yang kuat terhadap nilai-nilai ini, Recky Sendouw tidak hanya menjadi seorang pemimpin yang dihormati di lingkungan akademik, tetapi juga sosok yang menginspirasi banyak orang untuk hidup lebih berarti dan memberi.

Prinsipnya yang sederhana, namun mendalam, mengingatkan kita bahwa hidup yang penuh makna bukanlah tentang menerima penghargaan, melainkan tentang memberi yang terbaik dari diri kita untuk orang lain.(nes)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *