INTANANEWS.COM – Majelis Luhur Kepercayaan terhadap Tuhan yang Maha Esa Indonesia (MLKI) melaksanakan saresehan keberagaman agama dan pelatihan jurnalistik berperspektif keberagaman.
Kegiatan ini berlangsung di Kawiley Kauditan, Minahasa Utara, Sabtu (29/6/2024).
Ketua MLKI Sulawesi Utara (Sulut), Iswan Sual dalam sambutannya mengatakan, Dewan Musyawarah Wilayah Sulawesi MLKI adalah organisasi nasional yang menghimpun semua organisasi penghayat kepercayaan yang ada di Indonesia atau individu yang tidak tergabung dalam organisasi terhimpun dalam wadah nasional MLKI.
![](https://intananews.com/wp-content/uploads/2024/06/IMG-20240630-WA0025.jpg)
“Kegiatan ini diselenggarakan dalam rangka membangun hubungan, karena penghayat kepercayaan itu sama dengan yang bukan penghayat. “Mungkin yang berbeda adalah cara kita ketika berhubungan dengan Tuhan yang maha kuasa dan menghargai para leluhur,” ia menjelaskan.
Sementara itu, tim koordinasi Pengawasan Aliran Kepercayaan Masyarakat dan Keagamaan Masyarakat (PAKEM Kejati Sulawesi Utara) M. Barakati dalam materinya menjelaskan, penghayat kepercayaan mempertahankan nilai-nilai luhur yang ada sejak dulu.
![](https://intananews.com/wp-content/uploads/2024/06/IMG-20240630-WA00271.jpg)
Dia menuturkan, penghayat kepercayaan adalah kelompok masyarakat yang secara konsisten menganut kepercayaan dan menjalankan kepercayaannya kepada Tuhan yang Maha Esa melalui nilai-nilai luhur atau tradisi-tradisi yang sejak dulu berkembang.
“Penghayat kepercayaan diberikan hak yang sama dengan pemeluk agama yang lain dan dilindungi oleh negara untuk menjalankan ibadah kepercayaannya, termasuk mendirikan rumah ibadah,”ujarnya.
Ia menyebutkan, hal ini berdasarkan undang-Undang Dasar (UUD) 45 pasal 28e bahwa setiap orang bebas memeluk agama dan beribadah menurut agama dan kepercayaannya.
Kemudian, lanjut dia, pasal 29 ayat 2 bahwa Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan beribadah menurut agama dan kepercayaan.
![](https://intananews.com/wp-content/uploads/2024/06/20240629_150232-scaled.jpg)
Sementara itu, Ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Manado, Fransiskus Talokon dalam materinya menjelaskan secara singkat tentang Jurnalis Keberagaman.
Dia menjelaskan, jurnalis adalah sebuah profesi, seorang yang menjalani profesi membutuhkan keterampilan tersendiri,” ujarnya.
“Peran jurnalis dalam mengedukasi masyarakat terkait keberagaman itu sangat penting, untuk bagaimana kita menghormati keberagaman. (Ketua AJI Manado Fransiskus Talokon).”
Namun, lanjut dia, yang menjadi persoalan masih adanya jurnalis yang belum dibekali, padahal hasil karya jurnalistiknya itu akan menjadi konsumsi publik.
“Ketika menjalankan profesinya, jurnalis harus memahami kode etik, sehingga ketika dia menulis dan menyebarkan berita tersebut sesuai dengan aturan,” ia menambahkan.
Adapun narasumber dalam kegiatan ini diantaranya, Satriano Pangkey (LBH Manado), Alfredo Pontolondo (Dinas Kebudayaan Sulut), M. Barakati (Tim Koordinasi PAKEM Kejati Sulut), Iswan Sual (MLKI), Agus Basith (FLII/Baha’i), Ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Manado, Fransiskus Talokon, dihadiri, Sumari (Mewakili Kementerian Kebudayaan Riset dan teknologi), organisasi penghayatan kepercayaan, media/jurnalis, lintas iman.(nes)