Refleksi: Antara Manusiawi, Kesombongan, dan Kodrat Kematian

INTANANEWS- Kehidupan manusia di dunia ini selalu terjalin dalam tiga aspek besar yang sering saling bertentangan: manusiawi, kesombongan, dan kodrat kematian.

Manusia, dalam hakikatnya, adalah makhluk yang penuh dengan rasa empati, cinta, dan keinginan untuk berhubungan dengan sesama.

Namun, di sisi lain, ada sisi manusia yang cenderung terperangkap dalam kesombongan dan ego, meremehkan orang lain, dan lupa akan kenyataan bahwa kematian adalah bagian tak terhindarkan dari kehidupan.

Manusiawi adalah sifat dasar yang ada dalam setiap individu. Sebagai makhluk sosial, manusia dihadapkan pada kebutuhan untuk saling berbagi, membantu, dan merasakan kedukaan atau kebahagiaan orang lain.

Kebaikan, kasih sayang, dan saling menghargai adalah nilai-nilai yang sering digalakkan dalam kehidupan sehari-hari. Di dalamnya terkandung kesadaran akan ketidakpastian hidup dan dorongan untuk menciptakan dampak positif bagi sesama.

Namun, sering kali sifat manusiawi ini bertabrakan dengan rasa kesombongan. Dalam perjalanan hidup, manusia sering kali merasa lebih unggul, lebih pintar, atau lebih kaya daripada yang lain.

Kesombongan ini menciptakan jarak antara satu individu dengan lainnya, seakan-akan ada lapisan yang memisahkan mereka dari dunia yang lebih luas. Keinginan untuk dihormati, diakui, dan dipuja sering kali mengaburkan pandangan kita terhadap kenyataan yang lebih besar bahwa kita hanyalah bagian kecil dari semesta yang luas.

Pada akhirnya, kodrat kematian adalah penyeimbang yang tak bisa dihindari oleh siapapun. Apa pun pencapaian, kekayaan, atau kekuasaan yang dimiliki seseorang, pada saatnya nanti, kematian akan datang tanpa bisa ditunda.

Inilah kenyataan yang sering kali dilupakan dalam kegembiraan kesombongan. Kematian mengingatkan kita untuk bersikap lebih rendah hati, karena pada akhirnya, tak ada yang bisa kita bawa pergi selain kebaikan yang telah kita tanam selama hidup.

Dalam menghadapi kesombongan, kita seharusnya belajar untuk merenung dan menyadari bahwa setiap pencapaian, seberapa besar pun, tidak lebih dari sejenak dalam perputaran waktu.

Manusiawi kita akan lebih bersinar ketika kita mampu hidup dengan kerendahan hati, menerima keterbatasan kita, dan mengakui bahwa kematian adalah bagian dari kodrat yang tak bisa dihindari.

Pada akhirnya, hidup yang penuh dengan kesombongan dan ketakaburan hanya akan menyisakan kehampaan, sementara hidup yang dijalani dengan penuh kesadaran akan manusiawi dan penerimaan terhadap kematian akan menghasilkan kedamaian sejati.

Kematian bukanlah akhir, melainkan sebuah pengingat bahwa setiap langkah hidup kita sebaiknya diisi dengan nilai-nilai kebaikan dan kebijaksanaan yang abadi.(**)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *